Monday, January 8, 2018

Cinta Pada Ahlul Bait, Cinta Dengan Sederet Konsekwensi


Ahlul Bait adalah milikku, milikmu dan milik kita semua kaum Muslimin. Ahlul Bait bukan milik satu golongan saja, dan semua golongan dalam Islam tidak ada yang berhak mengklaim Ahlul Bait sebagai milik golongan mereka saja. Ada 2 alasan mengapa Ahlul Bait adalah milik semua kaum Muslimin :

Perintah Agama.

Dalam berbagai ayat dan riwayat, Islam memerintahkan kaum Muslimin untuk mencintai Ahlul Bait Nabi saw sebagaimana firman Allah :

“Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada Al Qurba (Keluarga Nabi saw / Ahlul Bait).”
(QS Asy-Syura : 23)

Dan sebagaimana sabda Rasulullah saw :

"Cintailah Allah karena Dia mencurahkan nikmat kepada kalian. Cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah. Dan cintailah Ahlul Baitku karena kecintaan kalian kepadaku.”
(HR Tirmidzi)

Fakta Sejarah.

Seorang Muslim yang sungguh-sungguh mencintai Nabi Muhammad saw. otomatis pasti mencintai pula keluarga beliau saw (Ahlul Bait), karena kecintaan kepada keluarga Nabi saw. merupakan konsekwensi dari kecintaan kepada Nabi saw.

Hal ini dibuktikan dengan kecintaan para Sahabat Nabi kepada Ahlul Bait. Sayyidina Abu Bakar ra pernah berkata :

“Perhatikanlah Muhammad saw. melalui keluarganya. Demi Yang jiwaku dalam genggaman-Nya, keluarga Rasulullah saw. lebih aku cintai dari keluargaku.”
(HR. Bukhari).

Sayyidina Umar bin Khaththab ra pernah berkata :

“Ya Fathimah, demi Allah, aku tidak melihat seseorang yang lebih dicintai Rasulullah saw selain dirimu. Dan demi Allah, tidak ada seorang manusia pun setelah ayahmu yang lebih aku cintai selain dirimu.”
(HR. Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain).

Demikian pula para Imam 4 Mazhab: Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka semua mencintai Ahlul Bait as.

Diceritakan bahwa Imam Abu Hanifah, karena kecintaannya kepada Ahlul Bait, telah mendermakan banyak hartanya untuk kepentingan Ahlul Bait. Imam Malik bin Anas dikenal sebagai orang yang dekat dengan Imam Muhammad Al Baqir dan Imam Ja’far As Shodiq. Imam Muhammad bin Idris As Syafi’i telah menggubah banyak bait-bait syair tentang kecintaannya kepada Ahlul Bait. Sementara Imam Ahmad bin Hanbal sampai menyusun satu bab khusus dalam kitab Musnadnya tentang keutamaan-keutamaan Ahlul Bait as.

Dari uraian di atas menegaskan bahwa Ahlul Bait adalah milik semua umat Islam apapun mazhabnya. Ahlul Bait wajib dicintai oleh semua kaum Muslimin karena kebencian kepada Ahlul Bait akan otomatis berdampak pada kebencian terhadap Nabi saw, sedangkan kebencian pada Rasulullah saw akan otomatis menggugurkan keimanan seorang Muslim. Namun, tentu ada sebagian pembaca yang bertanya-tanya, siapakah Ahlul Bait Nabi yang kecintaan kepadanya adalah suatu kewajiban dan kebencian kepadanya akan berdampak fatal pada keimanan seorang Muslim? Apakah semua keturunan Nabi Muhammad saw (para Habaib) adalah Ahlul Bait? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami persilahkan anda membaca artikel yang khusus menguraikan masalah itu. Berikut adalah link artikelnya :

Ahlul Bait & Habaib, Titik Temu Sunni-Syiah

Nah, karena Ahlul Bait adalah kelanjutan dari Nabi Muhammad saw dan milik semua kaum Muslimin, maka siapapun dari kaum Muslimin berhak mengaku sebagai pecinta dan pengikut Ahlul Bait.

Oleh sebab itu hubungan kaum Muslimin dengan Ahlul Bait itu berlevel level tergantung kesadaran yang terbangun dalam diri setiap Muslim. Ada yang merasa cukup dengan mencintai dan menjunjung Ahlul Bait tanpa perlu konsekwensi dan komitmen apapun. Ada yang memilih mengikuti Ahlul Bait dalam urusan spiritual saja, sehingga menurut banyak penelitian, semua Tariqat Tasawwuf saat ini, berujung kepada Ahlul Bait as. Ada juga yang hanya merasa bangga karena memiliki hubungan genetik dengan Ahlul Bait. Dan ada pula yang berusaha mengikuti Ahlul Bait dalam segala urusan agama mulai dari masalah Akidah, Akhlak hingga masalah Fiqih.

Maka yang harus dilakukan semua kaum Muslimin adalah berlomba-lomba meraih sebanyak mungkin siraman cahaya Ahlul Bait as. Karena semakin banyak seseorang mendapatkan siraman cahaya Ahlul Bait, dia akan semakin memahami ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Sesama kaum Muslimin tidak boleh saling menghalangi dan menjegal untuk mendekati cahaya Ahlul Bait as. Biarkan cahaya Ahlul Bait as. menyinari hati dan pikiran kaum Muslimin tanpa sekat, dan biarkan setiap Muslim membuka hati dan pikirannya agar tersinari cahaya itu sesuai dengan potensi dan tingkat kesadaran yang dimilikinya.

Untuk bisa meraih siraman cahaya Ahlul Bait, maka tentunya kita harus menghidupkan cinta kepada Ahlul Bait. Namun berbicara tentang cinta, Cinta itu butuh pengorbanan. Demikian ungkapan yang sering kita dengar. Ketika seseorang mencintai kekasihnya, dia rela melakukan hal-hal yang mungkin tak pernah terlintas di benaknya. Dia bersedia melewati rintangan apa pun demi yang di cintainya. Sering kali kita melihat orang yang sedang mabuk oleh suatu gejolak emosional, yang oleh kebanyakan orang disebut ‘cinta,’ melakukan hal-hal yang sebenarnya tak ia sukai.

Jika ‘cinta’ yang seperti ini saja menuntut pengorbanan, apalagi cinta terhadap manusia-manusia yang sangat agung. Sudah tentu cinta agung semacam ini menuntut lebih banyak pengorbanan. Salah satunya adalah cinta kita terhadap Ahlul Bait as.

Dalam sejumlah riwayat, para pecinta Ahlul Bait as telah ‘diperingatkan.’ Mereka di sadarkan bahwa mereka akan di hadang dengan berbagai macam ujian dan musibah.

Ketika seseorang menemui Imam Muhammad Al Baqir as dan menyatakan cintanya kepada Ahlul Bait as, beliau berkata,

”Kalau begitu, jadikan ujian dan bala sebagai pakaianmu. Demi Allah, ujian mendatangi kami dan para pengikut kami lebih cepat daripada banjir yang menuruni lembah. Ujian di awali dengan kami, kemudian kalian. Kebahagiaan pun akan berawal dengan kami, lalu kalian.”
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1359)

Ucapan Imam Muhammad Al Baqir as telah terbukti benar. Sepanjang sejarah, kita melihat para pecinta Ahlul Bait as yang di perlakukan semena-mena. Sejarah mencatat tragedi-tragedi memilukan orang-orang yang hati mereka di isi cinta kepada Ahlul Bait as.

Oleh karena itu, setiap pecinta Ahlul Bait as harus menempa dirinya dan bersiap mengarungi samudera ujian. Bahkan, ia harus menjadi lebih kokoh dari gunung. Sebab, gunung pun tak kuasa bertahan andai ia mencintai Ahlul Bait as. Imam Ali as pernah berkata :

“Andai gunung mencintaiku, niscaya ia akan runtuh.”
(Shamime Velayat dar Atsare Ayatollah Javadi Amoli)

Ini adalah ungkapan metaforis yang menggambarkan betapa berat ujian yang menanti kita selaku para pecinta Ahlul Bait as. Jika kita bisa melalui semua ujian ini, maka insya Allah, kita akan di iringi Imam Ali as melewati 3 saat yang sangat menentukan.

Harits Hamadani meriwayatkan,”Aku menemui Amirul Mukminin as di suatu pertengahan siang. Ia bertanya,’Apa yang membawamu kemari ?’ Aku menjawab,’Cintaku kepadamu, demi Allah.’

Ia lalu berkata,’Jika engkau jujur dalam perkataanmu, maka kau akan melihatku di 3 tempat : di saat Kematian, saat melewati Shirath, dan saat kau berada di Telaga (Telaga Rasulullah saw)’”
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1355)

Semoga Allah jadikan kita termasuk dari orang-orang beruntung ini. Amiin

No comments:

Post a Comment