Ahlul Bait adalah
milikku, milikmu dan milik kita semua kaum Muslimin. Ahlul Bait bukan milik
satu golongan saja, dan semua golongan dalam Islam tidak ada yang berhak
mengklaim Ahlul Bait sebagai milik golongan mereka saja. Ada 2 alasan mengapa
Ahlul Bait adalah milik semua kaum Muslimin :
Perintah Agama.
Dalam berbagai ayat dan
riwayat, Islam memerintahkan kaum Muslimin untuk mencintai Ahlul Bait Nabi saw
sebagaimana firman Allah :
“Katakanlah, “Aku tidak
meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada Al
Qurba (Keluarga Nabi saw / Ahlul Bait).”
(QS Asy-Syura : 23)
(QS Asy-Syura : 23)
Dan sebagaimana sabda
Rasulullah saw :
"Cintailah Allah
karena Dia mencurahkan nikmat kepada kalian. Cintailah aku karena kecintaan
kalian kepada Allah. Dan cintailah Ahlul Baitku karena kecintaan kalian
kepadaku.”
(HR Tirmidzi)
(HR Tirmidzi)
Fakta Sejarah.
Seorang Muslim yang
sungguh-sungguh mencintai Nabi Muhammad saw. otomatis pasti mencintai pula
keluarga beliau saw (Ahlul Bait), karena kecintaan kepada keluarga Nabi saw.
merupakan konsekwensi dari kecintaan kepada Nabi saw.
Hal ini dibuktikan
dengan kecintaan para Sahabat Nabi kepada Ahlul Bait. Sayyidina Abu Bakar ra
pernah berkata :
“Perhatikanlah Muhammad
saw. melalui keluarganya. Demi Yang jiwaku dalam genggaman-Nya, keluarga
Rasulullah saw. lebih aku cintai dari keluargaku.”
(HR. Bukhari).
(HR. Bukhari).
Sayyidina Umar bin
Khaththab ra pernah berkata :
“Ya Fathimah, demi
Allah, aku tidak melihat seseorang yang lebih dicintai Rasulullah saw selain
dirimu. Dan demi Allah, tidak ada seorang manusia pun setelah ayahmu yang lebih
aku cintai selain dirimu.”
(HR. Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain).
(HR. Al-Mustadrak ‘ala As-Shahihain).
Demikian pula para Imam 4
Mazhab: Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As
Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka semua mencintai Ahlul Bait as.
Diceritakan bahwa Imam
Abu Hanifah, karena kecintaannya kepada Ahlul Bait, telah mendermakan banyak
hartanya untuk kepentingan Ahlul Bait. Imam Malik bin Anas dikenal sebagai
orang yang dekat dengan Imam Muhammad Al Baqir dan Imam Ja’far As Shodiq. Imam
Muhammad bin Idris As Syafi’i telah menggubah banyak bait-bait syair tentang
kecintaannya kepada Ahlul Bait. Sementara Imam Ahmad bin Hanbal sampai menyusun
satu bab khusus dalam kitab Musnadnya tentang keutamaan-keutamaan Ahlul Bait
as.
Dari uraian di atas
menegaskan bahwa Ahlul Bait adalah milik semua umat Islam apapun mazhabnya.
Ahlul Bait wajib dicintai oleh semua kaum Muslimin karena kebencian kepada
Ahlul Bait akan otomatis berdampak pada kebencian terhadap Nabi saw, sedangkan
kebencian pada Rasulullah saw akan otomatis menggugurkan keimanan seorang
Muslim. Namun, tentu ada sebagian pembaca yang bertanya-tanya,
siapakah Ahlul Bait Nabi yang kecintaan kepadanya adalah suatu kewajiban dan
kebencian kepadanya akan berdampak fatal pada keimanan seorang Muslim? Apakah
semua keturunan Nabi Muhammad saw (para Habaib) adalah Ahlul Bait? Untuk
menjawab pertanyaan ini, kami persilahkan anda membaca artikel yang khusus
menguraikan masalah itu. Berikut adalah link artikelnya :
Ahlul Bait & Habaib, Titik Temu Sunni-Syiah
Ahlul Bait & Habaib, Titik Temu Sunni-Syiah
Nah, karena Ahlul Bait adalah kelanjutan dari Nabi Muhammad saw dan milik semua kaum Muslimin, maka siapapun dari kaum Muslimin berhak mengaku sebagai pecinta dan pengikut Ahlul Bait.
Oleh sebab itu hubungan kaum Muslimin dengan Ahlul Bait itu
berlevel level tergantung kesadaran yang terbangun dalam diri setiap Muslim.
Ada yang merasa cukup dengan mencintai dan menjunjung Ahlul Bait tanpa perlu
konsekwensi dan komitmen apapun. Ada yang memilih mengikuti Ahlul Bait dalam
urusan spiritual saja, sehingga menurut banyak
penelitian, semua Tariqat Tasawwuf saat ini, berujung kepada Ahlul Bait as. Ada
juga yang hanya merasa bangga karena memiliki hubungan genetik dengan Ahlul
Bait. Dan ada pula yang berusaha mengikuti Ahlul Bait dalam segala urusan agama
mulai dari masalah Akidah, Akhlak hingga masalah Fiqih.
Maka yang harus
dilakukan semua kaum Muslimin adalah berlomba-lomba meraih sebanyak mungkin
siraman cahaya Ahlul Bait as. Karena semakin banyak seseorang mendapatkan
siraman cahaya Ahlul Bait, dia akan semakin memahami ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad saw.
Sesama kaum Muslimin
tidak boleh saling menghalangi dan menjegal untuk mendekati cahaya Ahlul Bait
as. Biarkan cahaya Ahlul Bait as. menyinari hati dan pikiran kaum Muslimin
tanpa sekat, dan biarkan setiap Muslim membuka hati dan pikirannya agar
tersinari cahaya itu sesuai dengan potensi dan tingkat kesadaran yang
dimilikinya.
Untuk bisa meraih siraman cahaya Ahlul Bait, maka tentunya kita harus
menghidupkan cinta kepada Ahlul Bait. Namun berbicara tentang cinta, Cinta itu butuh
pengorbanan. Demikian ungkapan yang sering kita dengar. Ketika seseorang
mencintai kekasihnya, dia rela melakukan hal-hal yang mungkin tak pernah
terlintas di benaknya. Dia bersedia melewati rintangan apa pun demi yang di
cintainya. Sering kali kita melihat orang yang sedang mabuk oleh suatu gejolak
emosional, yang oleh kebanyakan orang disebut ‘cinta,’ melakukan hal-hal yang
sebenarnya tak ia sukai.
Jika ‘cinta’ yang seperti ini saja menuntut pengorbanan, apalagi cinta terhadap manusia-manusia yang sangat agung.
Sudah tentu cinta agung semacam ini menuntut lebih banyak pengorbanan. Salah
satunya adalah cinta kita terhadap Ahlul Bait as.
Dalam sejumlah riwayat,
para pecinta Ahlul Bait as telah ‘diperingatkan.’ Mereka di sadarkan bahwa
mereka akan di hadang dengan berbagai macam ujian dan musibah.
Ketika seseorang menemui
Imam Muhammad Al Baqir as dan menyatakan cintanya kepada Ahlul Bait as, beliau
berkata,
”Kalau begitu, jadikan ujian
dan bala sebagai pakaianmu. Demi Allah, ujian mendatangi kami dan para pengikut
kami lebih cepat daripada banjir yang menuruni lembah. Ujian di awali dengan
kami, kemudian kalian. Kebahagiaan pun akan berawal dengan kami, lalu kalian.”
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1359)
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1359)
Ucapan Imam Muhammad Al
Baqir as telah terbukti benar. Sepanjang sejarah, kita melihat para pecinta
Ahlul Bait as yang di perlakukan semena-mena. Sejarah mencatat tragedi-tragedi
memilukan orang-orang yang hati mereka di isi cinta kepada Ahlul Bait as.
Oleh karena itu, setiap
pecinta Ahlul Bait as harus menempa dirinya dan bersiap mengarungi samudera
ujian. Bahkan, ia harus menjadi lebih kokoh dari gunung. Sebab, gunung pun tak
kuasa bertahan andai ia mencintai Ahlul Bait as. Imam Ali as pernah berkata :
“Andai gunung
mencintaiku, niscaya ia akan runtuh.”
(Shamime Velayat dar Atsare Ayatollah Javadi Amoli)
(Shamime Velayat dar Atsare Ayatollah Javadi Amoli)
Ini adalah ungkapan
metaforis yang menggambarkan betapa berat ujian yang menanti kita selaku para
pecinta Ahlul Bait as. Jika kita bisa melalui semua ujian ini, maka insya
Allah, kita akan di iringi Imam Ali as melewati 3 saat yang sangat menentukan.
Harits Hamadani
meriwayatkan,”Aku menemui Amirul Mukminin as di suatu pertengahan siang. Ia
bertanya,’Apa yang membawamu kemari ?’ Aku menjawab,’Cintaku kepadamu, demi
Allah.’
Ia lalu berkata,’Jika
engkau jujur dalam perkataanmu, maka kau akan melihatku di 3 tempat : di saat
Kematian, saat melewati Shirath, dan saat kau berada di Telaga (Telaga
Rasulullah saw)’”
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1355)
(Muntakhab Mizan Al-Hikmah hadis No.1355)
Semoga
Allah jadikan kita termasuk dari orang-orang beruntung ini. Amiin
No comments:
Post a Comment