Wednesday, September 14, 2016

Ahlul Bait & Habaib, Titik Temu Sunni-Syiah


Ahlul Bait itu adalah keluarga terdekat Rasulullah saw yang mengenai siapa saja person yang termasuk di dalamnya, di tentukan langsung oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh karenanya dalam pandangan mazhab Syiah, tidak semua keluarga besar Nabi saw lantas menjadi Ahlul Bait, karena keluarga besar Nabi saw bisa mencakup istri-istri beliau, mertua beliau, bahkan seluruh Bani Hasyim tentunya adalah keluarga besar beliau saw. Mazhab Syiah meyakini bahwa Ahlul Bait itu Ma'sum (terbebas dan tercegah dari dosa), sama seperti Ma'sumnya para Nabi dan Rasul, hanya saja mereka bukan Nabi dan bukan Rasul. Tertulis dalam Shahih Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah, putra dari Ummu Salamah (salah seorang istri Nabi), yang berbunyi sebagai berikut:

Dari Ummu Salamah berkata : “ Nabi saw berada di rumah saya bersama Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain, lalu saya membuatkan untuk mereka Khazirah (makanan yang terbuat dari daging dan tepung), dan mereka memakannya. Setelah itu Nabi saw mengumpulkan Fathimah, Hasan, Husain, dan menutupi mereka dengan sebuah Kisa (pakaian panjang yang terbuat dari bulu hitam), dan beliau saw juga menutupi Ali yang berada di belakang beliau. Kemudian Nabi berseru, “Ya, Allah! Inilah Ahlul Bait-ku! Maka Jauhkanlah mereka dari setiap kekotoran dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya!’ Kemudian Ummu Salamah (istri Nabi) menanyakan, “Apakah aku termasuk ke dalam kelompok mereka wahai Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Kamu tetaplah di tempatmu dan kamu akan menuju akhir yang baik.” Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Allah menghendaki supaya dihapuskan kekotoran (dosa) dari kamu hai Ahlul Bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.”  Q.S. Al Ahzab : 33 (Shahih at-Turmudzi, jilid 5, hal.351, 663)

Kedua mazhab besar Islam yaitu Sunni dan Syiah sepakat mengenai afdholnya (keistimewaan khusus) Ahlul Bait di antara seluruh umat Islam, hanya saja mazhab Sunni meyakini bahwa Ahlul Bait itu mencakup seluruh Bani Hasyim dan keturunannya serta semua istri Nabi saw dan mertua Nabi saw. Konsekwensi dari pandangan ini adalah mazhab Sunni memandang semua dzuriyyah (keturunan Nabi saw / Habaib) adalah juga Ahlul Bait. Sehingga Muslim Sunni yang memahami hal ini akan berlaku sangat hormat dan penuh takdzim kepada para Habaib.

Oleh karenanya Salafi / Wahabi memang sudah nyata tidak termasuk mazhab Sunni sebagaimana Ijma' Ulama Ahlus Sunnah di Chechnya karena selain sejumlah perbedaan fundamental dengan prinsip-prinsip dasar Sunni, mereka juga secara tegas tidak menunjukkan sedikitpun penghormatan kepada Habaib, sebagaimana itu sudah menjadi ciri khas Aswaja selama ini. Ciri itu tidak ada pada mereka, bahkan parahnya mereka seringkali menyakiti Habaib dengan lisan, tulisan dan perbuatan. Lebih dari itu mereka memiliki keyakinan tersembunyi bahwa Habaib itu sebenarnya sudah punah, tidak ada lagi sehingga yang ada saat ini semuanya Habaib Palsu.

Adapun mazhab Syiah membatasi Ahlul Bait itu pada Sayyidah Fatimah Az Zahro, Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husein dan 9 orang Imam dari keturunan Imam Husein. Selain itu bukan termasuk Ahlul Bait. Adapun dzuriyyah / keturunan Nabi saw (Habaib) secara umum (baik yang termasuk Ahlul Bait maupun yang tidak termasuk Ahlul Bait) memiliki hak-hak tertentu pada umat ini. Mencintai, menghormati dan bersikap takdzim kepada Habaib adalah salah satu wujud / bukti kecintaan dan loyalitas kepada datuk-datuk mereka yaitu Sayyidil Wujud Muhammad saw dan Ahlul Bait as dan merupakan salah satu asbab datangnya Syafa'at kepada kita di Dunia maupun di Akhirat.

Habib Umar bin Hafidz (Ulama Besar Ahlus Sunnah wal Jama'ah abad ini dari Yaman) dan Ayatullah Sayyid Hasan Al Qazwini (Ulama Besar Syiah) tampak sedang membahas masalah Islam dan Kaum Muslimin. Foto di ambil di Michigan USA pada Maret 2011.
Lihatlah betapa indahnya persatuan yang dicontohkan oleh kedua Habaib ini.
Kedua Dzurriyah (Keturunan) Rasulullah saw ini tidak mau disekat oleh perbedaan Mazhab yang mereka pegang.

Mazhab Syiah memiliki banyak riwayat yang menekankan pentingnya bersikap baik dan penuh adab kepada para Habaib serta menghindari perlakuan buruk kepada mereka. Di tengah-tengah masyarakat Muslim Syiah, lazim di jumpai budaya sopan santun kepada Habaib, seperti julukan Sayyid / Habib untuk lelakinya dan Syarifah untuk perempuannya, tidak mengangkat suara lebih tinggi melebihi suara Habaib ketika berdialog dengan mereka, Surban Hitam yang hanya boleh di kenakan oleh Ulama dari kalangan Habaib dan Surban Putih untuk Ulama yang bukan Habaib.

Jadi konklusinya adalah baik Sunni maupun Syiah sepakat adanya keistimewaan khusus bagi Ahlul Bait. Sunni dan Syiah hanya berbeda pada siapa saja yang termasuk dalam kategori Ahlul Bait. Dalam perkara Habaib, baik Sunni maupun Syiah sepakat meyakini eksistensi mereka, sepakat dalam mencintai, menghormati dan bersikap penuh adab kepada mereka.

No comments:

Post a Comment