Ahlul Bait itu adalah keluarga terdekat Rasulullah saw yang mengenai siapa saja person yang
termasuk di dalamnya, di tentukan langsung oleh Allah dan Rasul-Nya. Oleh
karenanya dalam pandangan mazhab Syiah, tidak semua keluarga besar Nabi saw
lantas menjadi Ahlul Bait, karena keluarga besar Nabi saw bisa mencakup
istri-istri beliau, mertua beliau, bahkan seluruh Bani Hasyim tentunya adalah
keluarga besar beliau saw. Mazhab Syiah meyakini bahwa Ahlul Bait itu Ma'sum
(terbebas dan tercegah dari dosa), sama seperti Ma'sumnya para Nabi dan Rasul,
hanya saja mereka bukan Nabi dan bukan Rasul. Tertulis dalam Shahih Tirmidzi, yang
diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah, putra dari Ummu Salamah (salah seorang
istri Nabi), yang berbunyi sebagai berikut:
Dari Ummu Salamah berkata : “ Nabi saw berada di rumah saya bersama Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain, lalu saya membuatkan untuk mereka Khazirah (makanan yang terbuat dari daging dan tepung), dan mereka memakannya. Setelah itu Nabi saw mengumpulkan Fathimah, Hasan, Husain, dan menutupi mereka dengan sebuah Kisa (pakaian panjang yang terbuat dari bulu hitam), dan beliau saw juga menutupi Ali yang berada di belakang beliau. Kemudian Nabi berseru, “Ya, Allah! Inilah Ahlul Bait-ku! Maka Jauhkanlah mereka dari setiap kekotoran dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya!’ Kemudian Ummu Salamah (istri Nabi) menanyakan, “Apakah aku termasuk ke dalam kelompok mereka wahai Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Kamu tetaplah di tempatmu dan kamu akan menuju akhir yang baik.” Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Allah menghendaki supaya dihapuskan kekotoran (dosa) dari kamu hai Ahlul Bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.” Q.S. Al Ahzab : 33 (Shahih at-Turmudzi, jilid 5, hal.351, 663)
Dari Ummu Salamah berkata : “ Nabi saw berada di rumah saya bersama Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain, lalu saya membuatkan untuk mereka Khazirah (makanan yang terbuat dari daging dan tepung), dan mereka memakannya. Setelah itu Nabi saw mengumpulkan Fathimah, Hasan, Husain, dan menutupi mereka dengan sebuah Kisa (pakaian panjang yang terbuat dari bulu hitam), dan beliau saw juga menutupi Ali yang berada di belakang beliau. Kemudian Nabi berseru, “Ya, Allah! Inilah Ahlul Bait-ku! Maka Jauhkanlah mereka dari setiap kekotoran dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya!’ Kemudian Ummu Salamah (istri Nabi) menanyakan, “Apakah aku termasuk ke dalam kelompok mereka wahai Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Kamu tetaplah di tempatmu dan kamu akan menuju akhir yang baik.” Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Allah menghendaki supaya dihapuskan kekotoran (dosa) dari kamu hai Ahlul Bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.” Q.S. Al Ahzab : 33 (Shahih at-Turmudzi, jilid 5, hal.351, 663)
Kedua mazhab besar Islam yaitu Sunni dan Syiah sepakat mengenai afdholnya
(keistimewaan khusus) Ahlul Bait di antara seluruh umat Islam, hanya saja
mazhab Sunni meyakini bahwa Ahlul Bait itu mencakup seluruh Bani Hasyim dan
keturunannya serta semua istri Nabi saw dan mertua Nabi saw. Konsekwensi dari
pandangan ini adalah mazhab Sunni memandang semua dzuriyyah (keturunan Nabi saw
/ Habaib) adalah juga Ahlul Bait. Sehingga Muslim Sunni yang memahami hal ini
akan berlaku sangat hormat dan penuh takdzim kepada para Habaib.
Oleh karenanya Salafi / Wahabi memang sudah nyata tidak termasuk mazhab
Sunni sebagaimana Ijma' Ulama Ahlus Sunnah di Chechnya karena selain sejumlah
perbedaan fundamental dengan prinsip-prinsip dasar Sunni, mereka juga secara
tegas tidak menunjukkan sedikitpun penghormatan kepada Habaib, sebagaimana itu
sudah menjadi ciri khas Aswaja selama ini. Ciri itu tidak ada pada mereka,
bahkan parahnya mereka seringkali menyakiti Habaib dengan lisan, tulisan dan
perbuatan. Lebih dari itu mereka memiliki keyakinan tersembunyi bahwa Habaib
itu sebenarnya sudah punah, tidak ada lagi sehingga yang ada saat ini semuanya
Habaib Palsu.
Adapun mazhab Syiah membatasi Ahlul Bait itu pada Sayyidah Fatimah Az
Zahro, Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husein dan 9 orang Imam dari keturunan Imam
Husein. Selain itu bukan termasuk Ahlul Bait. Adapun dzuriyyah / keturunan Nabi
saw (Habaib) secara umum (baik yang termasuk Ahlul Bait maupun yang tidak
termasuk Ahlul Bait) memiliki hak-hak tertentu pada umat ini. Mencintai,
menghormati dan bersikap takdzim kepada Habaib adalah salah satu wujud / bukti
kecintaan dan loyalitas kepada datuk-datuk mereka yaitu Sayyidil Wujud Muhammad
saw dan Ahlul Bait as dan merupakan salah satu asbab datangnya Syafa'at kepada
kita di Dunia maupun di Akhirat.
Mazhab Syiah memiliki banyak riwayat yang menekankan pentingnya bersikap baik dan penuh adab kepada
para Habaib serta menghindari perlakuan buruk kepada mereka. Di tengah-tengah
masyarakat Muslim Syiah, lazim di jumpai budaya sopan santun kepada Habaib,
seperti julukan Sayyid / Habib untuk lelakinya dan Syarifah untuk perempuannya,
tidak mengangkat suara lebih tinggi melebihi suara Habaib ketika berdialog
dengan mereka, Surban Hitam yang hanya boleh di kenakan oleh Ulama dari
kalangan Habaib dan Surban Putih untuk Ulama yang bukan Habaib.
No comments:
Post a Comment