Sunday, August 23, 2020

Tragedi Karbala Adalah Bagaimana Cara Insan Ghoiru Rasyid Memperlakukan Insan Rasyid Di Zamannya


Manusia dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok yaitu :

  1. Orang Berakal.
  2. Orang Gila.

Orang Berakal dibagi pula menjadi 2 yaitu :

  1. Rasyid (yang matang / dewasa pemikirannya).
  2. Ghairu Rasyid (yang tidak matang / tidak dewasa pemikirannya).

Adakah manusia-manusia yang Rasyid ? Tentu ada, meskipun jumlahnya tidak banyak. Insan Rasyid adalah pemimpin dan calon pemimpin. Insan Rasyid adalah seseorang yang memanfaatkan dengan sebaik mungkin potensi dirinya untuk menumbuh kembangkan akhlak dan “menerbitkan” citra dirinya. Tentu saja sedikit sekali orang-orang yang berhasil “meledakkan” potensi dirinya dan memanfaatkan anugerah individual yang Allah karuniakan padanya dan berkuasa untuk memimpin dirinya sendiri.

Dengan kata lain, Insan Rasyid adalah seseorang yang mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya. Semua yang dilakukannya selalu Pas Dosis, tidak Over Dosis. Bahkan dalam ibadah sekalipun, ia tidak pernah Over Dosis.

Insan Rasyid adalah tipikal Insan Kamil alias manusia seutuhnya yang nilai-nilai kebaikan itu menyempurna dalam dirinya secara seimbang, tidak ada yang kurang atau pun lebih.

Insan Rasyid adalah manifestasi dari Asma Jamaliyyah dan Jalaliyyah Ilahiah, sehingga karena itu, ia layak menyandang predikat Khalifatullah fil Ardh (Khalifah Allah dimuka Bumi).

Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib as adalah salah satu contoh konkrit dari Insan Rasyid yang memiliki kematangan dan kedewasaan berpikir dan bersikap, sehingga setiap gerak-geriknya senantiasa dalam bimbingan dan pengawasan Ilahiah.

Sebagian orang menganggapnya salah kaprah bahkan salah jalan ketika membawa puluhan anak-anak kecil dan wanita-wanita lemah ke padang tandus Karbala, dan perang yang di jalaninya di nilai sarat muatan politis dan sia-sia.

Tapi episode demi episode Karbala menjungkir balikkan asumsi ini. Dan terbukti bahwa perjalanan menuju Karbala adalah perjalanan Fii Sabilillah (perjalanan untuk dan karena Allah) bukan Fii Sabili Hukumah (perjalanan untuk memperebutkan kekuasaan).

Husain adalah musafir ilallah (pejalan spiritual menuju ke haribaan Ilahi). Beliau adalah seorang yang matang (Rasyid) pikiran dan tindakannya. Seorang yang datuknya adalah Rasulullah saw, yang otak dan kepalanya mendapatkan berkah karena sering dihujani ciuman oleh sang kakek tentu akan membuat otaknya Brilian dan pikirannya Cemerlang.

Apalagi ia juga di didik oleh seorang ibu dan wanita sekelas Fatimah Az Zahra yang notabene, putri semata wayang Nabi saw yang langganan menghirup aroma kenabian dan melihat lalu lalang dan mondar mandirnya para Malaikat didalam rumahnya. Tidak cukup disitu, Husain juga di bentuk kepribadiannya oleh ayah sekelas Ali, sang Singa padang pasir yang menyandang predikat Pintu dari Kota Ilmu Nabi saw.

Maka Husain dengan track record (rekam jejak) seperti ini tidak mungkin melakukan perjalanan jauh yang sia-sia, apalagi dikatakan hanya untuk memperebutkan kekuasaan. Kita sepakat bahwa Husain adalah orang dizamannya yang dekat dengan Allah, bahkan salah satu yang terdekat dengan-Nya, dan mustahil Allah menyia-nyiakan kekasih dan wali-Nya dan membiarkan beliau salah jalan, apalagi sampai terbunuh sia-sia dan mengorbankan keluarga dekatnya dan sahabat-sahabat pilihannya.

Maka Husain adalah Insan Rasyid yang mampu memimpin dirinya sendiri sehingga karena itu, ia adalah Imam dan Pemimpin bagi umat dizamannya. Dan sebaliknya Yazid adalah salah satu contoh Insan Ghairu Rasyid sehingga karena itu, ia dan siapapun yang punya watak keyazidan sepanjang sejarah dan dimana pun ia berada tidak berhak memimpin umat ini.

No comments:

Post a Comment